Selasa, 09 Maret 2010


Penyebab Ambon ingin merdeka

Merdeka, 14 Maret 1999

Hendropriyono Bicara Akar Permasalahan Ambon
RMS Kumpulkan Dana Beli Senjata

Kini muncul bukti-bukti baru tentang keterlibatan gerakan
separatis RMS dalam kasus kerusuhan di Ambon. Beberapa bukti
surat-surat yang dikirimkan dari Belanda tempat RMS bermarkas
hingga kini menunjukkan konsolidasi kekuatan dengan targe, tahun
2000 Maluku merdeka, lepas dari Indonesia.

Gerakan RMS (Republika Maluku Selatan), lewat sejumlah wawancara
di telivisi Belanda dan Eropa berusaha meyakinkan dunia
internasional bahwa kerusuhan Ambon adalah gerakan rakyat yang
ingin memerdekan diri dari Indonesia.


Ada cukup banyak teori tentang penyebab kerusuhan Ambon, muali
dari pertentangan antaretnis, kecemberuan sosial, keretakan
hubungan militer-sipil, provokator sampai pada yang paling anyar
ikut campur organisasi separatis RMS mengobok-obok Ambon.

Awalnya, teori RMS yang pertama kali dilontarkan oleh Letjen AM
Hendropriyono itu mendapat banyak tentangan, bahkan dari warga
Maluku sendiri.

Bahkan tawaran, anggota DPR, dan tokoh masyarakat Des Alwi juga
meragukan teori itu. Di Ambon sendiri, sejumlah mahasiswa
bingung untuk menghubungkan dari mana seorang Hendro, Menteri
Transmigrasi dan PPJ yang mengurusi kepindahan warga itu, bisa
menciptakan teori seperti itu.

Namun Hendro, bekas Direktur BAIS (Badan Intelijen
Strategis/sekarang BIA) ABRI itu, bersikukuh. Akar permasalahan
kasus Ambon, tak lain tak bukan, adalah provokasi RMS. Karena
itu penyelesaian harus lewat saluran internasional untuk meredam
kegiatan mereka. "Jangan sampai kita kecolongan seperti kasus
Timtim," katanya.

Kelompok RMS berusaha mencari dukungan dan dana, yang akan
digunakan untuk membeli senjata.

Imbauan bagi dukungan itu, menurut Hendro dilontarkan juga lewat
televisi. Konon, senjata-senjata itu akan dikirimkan ke Ambon
untuk mempersenjatai para 'partisan' di sana. Mereka telah
mengirimkan 'utusan' ke Jakarta dan Ambon untuk menghubungi para
'pejuang kemerdekaan itu'.

Menurut Hendro, mereka belajar dari Portugal yang telah lebih
dulu sukses mengangkat kasus Timor Timur ke kalangan
internasional. Melalui siaran televisi para kader RMS juga
mendesak Pemerintah Belanda agar peduli terhadap kasus Ambon.

Belanda juga didesak untuk bersama-sama meminta agar PBB
melakukan campurtangan di Ambon dengan menarik ABRI dari wilayah
itu dan menggantikannya dengan pasukan PBB.

Melirik pada informasi itu, tampaknya ada benarnya sinyalemen
sejumlah kalangan bahwa ada provakator internasional yang ikut
bermain dalam mengacau negeri seribu pulau itu.

Momentumnya juga tepat, yaitu disaat ekonomi Indonesia sedang
terpuruk, ABRI kehilangan giginya dan masyarakat yang tengah
emosi, mudah diadu domba.

Setelah terusir dari Indonesia dan tinggal selama kurang lebih
50 tahun di Belanda, tak jelas lagi berapa jumlah anggota RMS.
Hanya diketahui bahwa mereka telah beranak pinak dan melakukan
kawin campur dengan orang Belanda asli. Mereka ada juga yang
telah masuk WN Belanda.

Data lainnya adalah, terdapat tiga golongan masyarakat asal
Maluku yang berada di Belanda. Pertama adalah yang pro RMS,
terdiri dari WNI dan WN Belanda. Golongan kedua pro RI, juga WN
Belanda dan WNI, dan yang ketiga golongan netral yang umumnya WN
Belanda.

Pada tanggal 6 dan 7 Maret, RMS mengadakan show of force, mereka
menyelenggarakan aksi demo di tiga kota di Negeri Belanda yaitu
Den Haag, Amsterdam dan Groningen. Sebanyak 750 orang anggota
dan simpatisan RMS mengikuti aksi demo itu.

Suatu laporan bertanda Confidential Top Secret menyebut nama-
nama pentolan RMS. "Mereka menggalang persatuan dalam
nasionalisme Maluku dan mengedepankan kerukunan beragama. Ini
dibuktikan dengan bercampur baurnya pengurus RMS yang kristen
dan Islam tanpa ada persaingan." kata laporan tersebut.

Laporan itu menyebut juga nama presiden baru RMS yaitu Frans
Tutuhatumewa dan anggota kabinet Watilette serta Otto Matulessy
yang semuanya beragama Kristen. Mereka bergandengan tangan
dengan anggota kabinet RMS yang Islam semisal Haji Malabat dan
Haji Abdul Rahman Tahupelasuri serta Haji Umar Sauli.

"Semua ini harus diketahui rakyat Ambon. Di Belanda sana RMS
yang jadi musuh bersama kita, bergandengan tangan antara Islam
dan Kristen. Di sini, sayangya. tak akur," ujar Hendro.

Pihak RMS punya rencana, nantinya demo itu tak cuma dilakukan di
Belanda, tapi ke seluruhan Eropa. Akan digambarkan bahwa dalam
kerusuhan Ambon itu, Pemerintah RI berpihak kepada Islam dan
menumpas orang-orang Kristen yang memberontak karena ingin
Merdeka.

"Butuh waktu untuk menyakinkan ornag-orang bahwa aksi RMS itu
memang ada. Kebanyakan orang mengira mereka sudah mati. Itu
tidak benar, sebab secara politik mereka mungkin benar mati
tetapi secar moral masih hidup. Dalam situasi dan kondisi
tertentu, politik RMS bisa hidup kembali," kata Hendro lagi.

Ini adalah peringatan kedua kali yang dihembuskan oleh Hendro
berkaitan dengan kerusuhan Ambon dan hubungannya dengan RMS.

Sebabnya ada sinyalemen bahwa agen-agen RMS muali memasuki Ambon
untuk membuat kerusuhan. Antara lain membuat keributan di kota
Ambon pada menjelang akhir tahun 1978 lalu. Dalam keributan itu
mereka membakar bendera merah putih di depan Makorem 174
Pattimura.

Tak lama kemudian mereka mengibarkan bendera RMS di gunung Nona
dan sebulan kemudian, tanggal 19 Januari 1999, kerusuhan besar
melanda Ambon. Ratusan orang tewas.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 19 Mar 1999 jam 10:31:41 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda :)

Komentar