Rabu, 24 Februari 2010


Apakah Mars menjadi Bumi kita selanjutnya??

Planet Bumi yang kita diami ini semakin tidak nyaman saja untuk ditempati. Masa sih? Iya lho, karena hutan-hutan semakin gundul karena pohon-pohonnya ditebang seenaknya. Akibatnya, sering kali kita saksikan banjir dan tanah longsor di mana-mana. Belum lagi ancaman baru, yaitu naiknya permukaan air laut akibat pemanasan Bumi. Global warming tea geuningan.... Iklim pun semakin sulit diramal, yang harusnya sudah musim kemarau, malah masih turun hujan lebat. Mungkinkah bencana alam yang akan datang akan lebih hebat lagi?

Nah, para ilmuwan di negara-negara maju sudah lama mengkhawatirkan bencana yang lebih buruk mungkin akan menimpa Planet Bumi kita ini. Jadi, kita harus sudah mulai berpikir dari sekarang untuk mencari planet lain yang layak dan nyaman untuk tempat hidup umat manusia. Setelah dihitung-hitung, dari sembilan planet di tata surya kita, maka terpilihlah Planet Mars yang bisa dijadikan tempat hunian baru umat manusia. Alasannya, karena Mars yang sejak dulu dijuluki "planet merah" itu paling mirip dengan keadaan Planet Bumi. Ini ditunjang dengan banyak bukti, misalnya saja Mars adalah satu-satunya planet yang permukaannya dapat dilihat dari Bumi. Karena letaknya paling dekat, sejak dulu pun Mars sudah disebut-sebut sebagai "tetangga dekat kita". Orang-orang dulu sudah bisa melihat Mars di langit malam. Mars kelihatan sebagai bintang yang berwarna kemerah-merahan karena itulah sering juga disebut juga "si planet merah". Merah itu perlambang keberanian, maka orang-orang di zaman kerajaan Yunani Kuno menghormati Mars sebagai "Dewa Perang" yang kemudian menjadi kepercayaan bangsa Yunani.

Hal lain yang lebih mendukung Mars sebagai tempat untuk perpindahan manusia Bumi ke sana adalah karena Mars memiliki atmosfer, lagi pula banyak sumber airnya. Banyak sungai-sungai besar di Mars, bahkan ada yang lebarnya lebih dari Sungai Amazon, salah satu sungai paling lebar di Bumi. Meskipun sungai-sungai di Mars kini sudah pada mengering, air sungai-sungai tersebut kini tersimpan di kedalaman tanah Mars, atau tersimpan dalam bentuk es di daerah kutub-kutubnya.

Jadi, bisakah manusia Bumi suatu saat nanti pindah ke Mars? Jawabannya, mengapa tidak? Mari kita simak hasil penelitian para ilmuwan. Pertama, jarak dari Bumi ke Mars itu "hanya" sekitar 400 juta km atau sama dengan 1.000 kali jarak Bumi ke Bulan. Itu dianggap `dekat` karena jarak ke planet-planet lainnya lebih jauh lagi, dan tak mungkin bisa dicapai dengan kendaraan roket secanggih apa pun. Setelah dihitung, berarti kendaraan atau roket untuk terbang ke Mars harus ditingkatkan kecepatannya menjadi 10 kali lebih cepat dibanding dengan roket tercepat zaman sekarang yang dimiliki Amerika Serikat. Meski bila nanti roket untuk ke Mars telah berhasil ditingkatkan kecepatannya, toh lama perjalanan dari Bumi ke Mars, wah cape deh, tetap saja amat menjemukan. Bayangkan, makan waktu antara enam sampai delapan bulan!

Tetapi, mau tidak mau, Mars adalah pilihan satu-satunya planet yang bisa dihuni manusia, bila nanti Bumi mengalami kerusakan amat parah. Konon 20 tahun mendatang, negara maju seperti Amerika Serikat sudah bakalan sanggup menerbangkan roket tercanggih berikut para astronotnya sebagai pelopor atau tim peneliti pertama yang akan mendarat dan tinggal sementara di Mars selama tiga tahun. Nantinya para pemberani itu akan menjelajahi tanah Mars untuk mencari daerah yang paling layak untuk didiami umat manusia. Setelah layak huni, baru masyarakat umum menyusul berdatangan. Para perintis itu akan tinggal dalam rumah-rumah berupa kubah-kubah raksasa terbuat dari kaca. Di dalam ruang mirip sangkar burung itu, mereka harus mampu mencari makan sendiri yang bahan-bahan makanannya diperoleh dari hasil bertani atau beternak di Mars. Ketika berangkat, para peneliti itu membawa pula roket cadangan untuk nanti setelah usai meneliti Mars, kembali lagi ke Bumi. Rencananya, mereka harus mampu mengolah bahan bakar yang digali dari tanah Mars yang sudah terbukti kaya dengan bahan-bahan bakar roket. Diperkirakan setelah tiga tahun mengolah bahan bakar, kendaraan angkasa mereka siap meluncur kembali ke Bumi.

Yang paling berkesan bila kita nanti menetap di Mars adalah saat tibanya bulan purnama, kita bisa sekaligus menyaksikan dua buah bulan! Satu di sebelah barat, satunya lagi di sebelah timur. Dua buah bulan yang tampak elok itu sudah sejak dulu kala dinamai Deimos dan Phobos.

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=33928




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda :)

Komentar